Suatu hari saat aku ingin sekali membuat video yang
memiliki kualitas bagus, aku terpikir bahwa kenapa aku tidak membuatnya dengan
kamera canggih misalnnya SONY. Karena aku pikir membuat video memakai handphone itu sangat ribet. Belum lagi
kualitas yang lumayan buruk dan fasilitas edit yang kurang sekali memadai.
Disitu kadang aku membandingkan kepada semua hal yang kutau hebat dalam membuat
video. Aku terpikir sekali untuk membeli kamera. Setelah berpikir panjang dan
suasana sudah tenang, aku bilang kepada ibuku bahwa aku mau dibelikan kamera
olehnya. aku meminta kamera yang murah saja dan bagus untuk video. langsung
ibuku bilang bahwa ia setuju membelikan kamera.
tanpa kepastian, aku menunggu ibuku membelikannya. karena
bosan menunggu, akupun meminta kamera lagi kepada ibuku. besoknya aku dan ibuku
keliling mencari kamera baru di toko-toko elektronik yang ada di Pelaihari. Dan
akhirnya tak ada satupun toko di Pelaihari yang menjual kamera bagus untuk
video. Ibuku pun bilang kepada ayahku kalau aku ingin dibelikan kamera. Ayahku
berkata bahwa kalau aku bersabar, ayahku nanti akan ke Jakarta untuk bekerja
dan kalau ada waktu akan dibelikan kamera yang bagus untukku.
Sayangnnya aku tidak sabaran. Aku selalu ingin minta cepat
saat aku meminta. Terkesan aku ini sangat bodoh. Aku memaksa ibuku untuk
membelinya saja dimanapun. Misalnya, toko online, di Banjarmasin, dll. Lalu
karena desakanku, ibuku mendesak pula kepada ayahku untuk membeli kamera
untukku.
Kebetulan kakaku akan sekolah kembali di Banjarmasin.
Ayahku punya ide untukku, yaitu membelikan kamera disana. sangat senang sekali
hatiku saat mendengar itu. Aku tak sabar untuk melihat kameraku. Saat ditoko
kamera, ayahku menelponku dan berkata bahwa lebih baik beli kameranya di Jakarta
saja. Tapi aku mengelak akan hal itu dan aku tetap mau dibelikan di Banjarmasin
saja.
Pada akhirnya aku sangat senang mendapat kamera baruku
yang bermerk Nikon D3200. Tapi ayahku bilang kepadaku bahwa, kamera ini jangan
dipinjamkan kepada orang lain. tak lama kemudian aku mengingkari perkataan
ayah, aku meminjamkannya kepada orang yang baru kukenal. Aku terkesan takut
untuk tidak meminjamkannya, karena dia adalah senior organisasi yang aku ikuti.
aku terkesan sangat sedih dalam hatiku, sangat sedih. Namun, aku sok tersenyum
kepadanya.
Hari demi hari berlalu dan aku mulai bosan dengan
kameraku. Aku memandingkannya dengan kamera temanku yang bermerk Nikon D3200.
Kameranya sangat menarik, walaupun padahal tak jauh beda dengan kameraku. Aku
ingin sekali memiliki kamera sepertinya. Aku berpikir dan selalu bersyukur atas
kameraku. Namun, hal itu membuatku tetap iri. Dia juga mempunyai alat legkap
untuk video, seperti laptop, aplikasi adobe premiere, after effects, dll.
sedangkan aku hanya mempunyai notebook dengan ram sangat kecil.
cemburu dan iri selalu menyelimutiku, semangatku untuk
membuat video hilang seketika dan memikirkan apa yang ku irikan. Sampai aku tau
kebenaran sesungguhnya.
Suatu hari, aku ketawa riang sambil becanda dengan
kakaku, seketika aku melihat ibuku yang berusah keras untuk menjahit. lalu aku
berusaha bicara dengan ibuku. Ibuku seketika bilang “habis semua gaji ibu hasil
jualan obat untuk membelikanmu kamera”. Aku terhenti dan tiba-tiba sedih dan
bilang bahwa seharusnya ibu tidak usah belikan kamera untukku. dan ibu berkata “ibu
merasa sejuk melihat wajah gembira anak ibu saat tau kamera yang diimpikannya datang,
nak.”
Seketika aku terdiam dan berpikir lagi, “aku harus
bersyukur tentang ini semua, bukan suatu alasan sedih hanya karena ada yang
lebih baik daripada aku soal fasilitas. aku harus sadar, orangtua itu pasti
memberikan apa yang dia punya kepada anaknya.”
Itu pengalamanku, “Bersyukurlah” J
Karya Ibnu Arif Risyat
IG @ibnuarifrisyat / Twitter
@IRisyat / facebook ibnu arif risyat
Komentar
Posting Komentar